Kamis, 10 Juni 2010

World Class City. . .



Pertama kali mendengarnya langsung teringat Bunda Arsiani yang kemarin lagi getol mempromosikan UNDIP yang katanya bakal jadi WCU alias World Class University. Lalu apa sebenarnya WCC? Pengertian secara epistimologi kurang lebih begini : World = Dunia, Class = Kelas, City = Kota; dengan kata lain, suatu kota dengan predikat WCC merupakan suatu kota yang kelas atau terklasifikasi dengan standar dunia. Seperti itu kira-kira pemikiran yang ada di benak saya ketika mendengar WCC. Rasa penasaran saya pun mengantarkan saya pada Om Google, ya, saya melakukan kegiatan googling a.k.a mencari informasi terkait WCC via internet. Beberapa informasi yang saya dapatkan kurang lebih intinya sama lah dengan pemikiran awal saya (hoho). WCC merupakan suatu kota dimana kegiatan perekonomian, politik, pariwisata serta pola hidupnya mempunyai pengaruh terhadap kota di negara lain. Inti yang saya tangkap, WCC merupakan suatu predikat bagi kota yang mampu meng-influence warga yang tinggal maupun warga dari kota lain untuk mengikuti pola yang ada. Dalam pencarian saya, informasi mengenai kota yang bertaraf dunia salah satunya adalah kota Singapura yang menempati urutan ke-4. Singapura, merupakan negara tetangga kita, hal ini tak lantas membuat tampilannya 11-12 dengan Negara Indonesia. Singapura dengan keterbatasan lahan dan tingkat popoulasinnya yang relatif tinggi memutar otak agar warganya dapat hidup layak dan mampu menjadi daerah yang memiliki tingkat produktivitas tinggi baik segi perekonomian, pariwisata maupun sosial budayanya yang terus maju didukung oleh sistem pemerintahan yang kuat menata daerahnya sedemikian rupa, hingga menjadi daerah yang nyaman untuk dihuni, aman untuk berinvestasi, merupakan tujuan wisata, serta aman secara politik. Beruntung saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu kota bertaraf dunia, yakni Singapore. . Yah meskipun seharusnya KKL saya bertujuan Thailand - Malaysia, tapi berhubung ada kisruh ga jelas itu ya jadi Singapore - Malaysia. . *Kok jadi curhat? Singapore, menurut pengamatan saya selama 3 hari di negara tersebut, saya mendapat gambaran mengenai betapa baiknya suatu daerah jika mereka mau mendengarkan planner, hoho maksud saya, betapa apik-nya suatu daerah jika direncanakan secara terperinci dipersiapkan untuk dapat mengakomodasi kebutuhan warganya. Singapura juga dapat dijadikan contoh kota yang layak huni atau sering disebut dengan livable cities, karena daerah yang total luasannya hanya 581.5 kilometer persegi pada tahun 1960 dan 699.3 kilometer persegi hingga sekarang. Berdasarkan kalkulasi, luas wilayah Singapura masih akan bertambah 100 kilometer persegi lagi hingga tahun 2030. Upaya ini dilakukan pemerintah setempat dalam memenuhi kebutuhan akan lahan, kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi di Negara Indonesia yang terancam akan kehilangan pulau-pulau kecil, baik akibat negara lain maupun akibat kenaikan muka air laut akibat global warming. Seperti yang saya katakan, kenyamanan bertempat tinggal di Singapura tak diragukan lagi, kotanya yang ramah bagi kaum difable maupun bagi kalangan berpenghasilan rendah. Hal ini ditujunjukkan dengan berbagai bentuk usaha pemerintah untuk mensejahterakan masyarakatnya, baik dengan proram public housing, fasilitas bagi kaum different ability, sistem transportasi yang ramah lingkungan dan sangat terjangkau serta kenyamanan berkegiatan karena telah membudayakan pola mixed use dalam pemanfaatan lahannya.

Negara tetangga kita lainnya seerti Negara Malaysia-pun tak mau kalah dengan kemajuan yang diraih oleh Negara Singapura. Di Malaysia, telah mentargetkan berpredikat WCC pada tahun 2020. Kondisi ini dirntis dengan upaya me-maket-kan atau memodelkan perencanaan daerahnya dengan menuangkannya ke dalam bentuk rancangan yang lebih detail, yakni 3D. Pengelolaan kawasannya yang mulai ditata peruntukkan lahannya agar aktivitas yang ada dapat saling mendukung bukan menghambat. Pemindahan aktivitas pemerintahan ke daerah Putera Jaya merupakan salah satunya, dengan begitu Malaysia dapat mengoptimalkan CBD untuk kegiatan wisata, perdagangan dan perekonomian, serta aktivitas penting lainnya. Kenyamanan untuk hunian mulai menggunakan pola vertikal dengan high rise building yang dinilai sangat efisien